Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Fabel : Kuda Berkulit Harimau


Seekor Kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat. Kuda itu telah Puas memakan gandum yang ada di ladang itu. Dia tampak gembira karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.

Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan Kuda itu melihat sesuatu, “Itu seperti kulit Harimau,” gumam Kuda itu. Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dilihatnya adalah kulit Harimau yang tak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu Harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit Harimau itu, “Wah, kebetulan sekali, kulit Harimau ini sangat pas di tubuhku. Apa yang akan kulakukan dengannya, ya?”

Terlintaslah di benak Kuda itu untuk menakuti binatang-binatang hutan yang melewati dirinya. “Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan sering dilalui oleh binatang hutan. Di mana ya?” tanya Kuda dalam hati sambil mencari tempat yang cocok. Akhirnya, dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi, lalu masuk ke dalamnya dengan menggunakan kulit Harimau. Tak lama kemudian, beberapa Domba gunung berjalan ke arahnya. Kuda itu menggumam bahwa Domba-domba itu cocok dijadikan sasaran empuk kejahilannya.

Ketika Domba-domba itu melewatinya, Kuda itu meloncat ke arah mereka sehingga sontak Domba-domba itu kalang-kabut melarikan diri. Mereka takut dengan kulit Harimau yang dikenakan Kuda itu. “Tolong, ada Harimau! Lari, cepat lari!” teriak salah satu Domba. Kuda itu tertawa terbahak-bahak melihat Domba-domba itu pontang-panting berlari.

Setelah itu, Kuda segera kembali bersembunyi di dalam semak-semak. Dia menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu. “Ah, ada Tapir menuju kemari, tapi lambat betul geraknya. Biarlah, aku jadi bisa lebih lama bersiap-siap melompat!” kata Kuda itu dalam hati. Tibalah saat Kuda itu meloncat ke arah Tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-langgang menjauhi Kuda yang memakai kulit Harimau itu. Kuda itu kembali ke semak-semak sambil bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya.

Kali ini, Kuda itu menunggu lebih lama dari biasanya, tetapi hal itu tidak membuatnya bosan. Tiba-tiba seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa seekor Tikus di mulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak, Kucing Hutan itu duduk menyantap Tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar. “Ah, ternyata Kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku membuatnya kaget di sana,” kata Kuda itu dalam hati. Kuda itu pun keluar dari semak-semak dan berjalan hati-hati mendekati Kucing Hutan. Saat jaraknya sudah sangat dekat dengan Kucing Hutan, Kuda itu mengaum seperti halnya seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa bukannya mengaum, dia malah meringkik. Mendengar suara itu, Kucing Hutan menoleh ke belakang dan melihat seekor Kuda berkulit Harimau. Sesaat, Kucing Hutan itu siap-siap mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak sembari berkata, “Saat aku melihatmu memakai kulit Harimau itu, aku pasti akan lari ketakutan, tapi rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut, hahaha!” Kucing Hutan itu juga berkata kepada Kuda bahwa sampai kapan pun, suara ringkiknya tidak akan bisa berubah jadi auman.

“Kuda Berkulit Harimau” itu melambangkan bahwa sepandai-pandainya orang berpura-pura, suatu saat akan terbongkar juga kepura-puraanya itu. Kejujuran merupakan sikap yang paling indah di dunia ini.

Pertanyaan:

  1. Siapakah tokoh-tokoh dalam cerita fabel “Kuda berkulit harimau“, siapakah tokoh utamanya dan siapakah tokoh pendampinnya ?
  2. Bagaimana watak dari tokoh-tokohnya ?
  3. Apa tema dari cerita fabel di atas ?
  4. Sebutkan rangkaian peristiwa dari cerita fabel di atas !
  5. Amanat apa yang terkandung dalam cerita fabel tersebut ?

Jawaban:

1. Tokoh-tokoh dalam cerita fabel "Kuda Berkulit Harimau" adalah:

  • Kuda: Tokoh utama cerita yang berperan sebagai kuda yang berpura-pura menjadi harimau dengan menggunakan kulit harimau.
  • Domba-domba gunung: Binatang-binatang yang pertama kali ditemui oleh Kuda saat dia bersembunyi dalam semak-semak dan menakut-nakuti mereka.
  • Tapir: Binatang lain yang ditemui oleh Kuda saat dia berusaha menakut-nakuti, namun tapir malah terkejut dan lari.
  • Kucing Hutan: Binatang yang terakhir ditemui oleh Kuda, dan mengungkapkan kebenaran tentang suara ringkik Kuda dan kecerobohannya dalam berpura-pura.

Tokoh utama dalam cerita ini adalah Kuda, sedangkan tokoh pendamping adalah binatang-binatang lain seperti Domba-domba gunung, Tapir, dan Kucing Hutan.

2. Watak dari tokoh-tokohnya adalah:

  • Kuda: Penuh kecerobohan dan keinginan untuk menakut-nakuti binatang lain dengan berpura-pura menjadi harimau. Kuda juga memiliki sifat sombong dan ingin menunjukkan kekuatan palsu.
  • Domba-domba gunung: Takut dan panik ketika Kuda berusaha menakut-nakuti mereka dengan kulit harimau.
  • Tapir: Terkejut dan lari saat Kuda mencoba menakut-nakuti, meskipun reaksi tapir berbeda dari yang diharapkan oleh Kuda.
  • Kucing Hutan: Bijaksana dan berpendirian tegas. Dia mengejek Kuda atas kecerobohannya dan mengajarkan pelajaran tentang kejujuran.

3. Tema dari cerita fabel ini adalah tentang pentingnya kejujuran dan bahaya berpura-pura. Cerita ini mengajarkan bahwa kepura-puraan dan kesombongan pada akhirnya akan terbongkar dan menghasilkan akibat yang tidak diharapkan. Kejujuran dianggap sebagai sikap yang lebih indah dan lebih baik daripada berpura-pura menjadi sesuatu yang tidak sebenarnya.

4. Rangkaian peristiwa dari cerita fabel "Kuda Berkulit Harimau":

  • Kuda berjalan dari ladang gandum menuju hutan.
  • Kuda menemukan kulit harimau yang ditinggalkan oleh pemburu.
  • Kuda memakai kulit harimau dan memutuskan untuk menakut-nakuti binatang-binatang hutan.
  • Kuda berhasil menakut-nakuti domba-domba gunung dan tapir dengan berpura-pura menjadi harimau.
  • Kuda mencoba menakut-nakuti kucing hutan, tetapi kucing hutan mengungkapkan kebenaran tentang suara ringkik Kuda.
  • Kuda menyadari kecerobohannya dan pelajaran tentang kejujuran diambil dari pengalaman tersebut.

5. Amanat yang terkandung dalam cerita fabel ini adalah bahwa kejujuran lebih berharga daripada kepura-puraan. Cerita ini mengajarkan kita bahwa berpura-pura dan menyembunyikan kebenaran hanya akan berakhir dengan akibat yang tidak diinginkan. Kecerdasan dan kepintaran dalam berpura-pura tidak bisa menggantikan kejujuran sebagai sikap yang lebih dihargai dan lebih baik dalam interaksi dengan orang lain.